Ciptakan Kehidupan, Bukan Sekedar Hidup
“Your successes and happiness are
forgiven you only if you generously consent to share them. – Kesuksesan dan
kebahagiaan akan sangat berarti jika kau mau berbagi dengan orang lain.” Albert
Camus
Untuk dapat sekedar hidup, mungkin kita
tidak perlu bersusah payah mencari peluang ataupun memikirkan bagaimana
meningkatkan kualitas dan manfaat diri kita. Namun sebagai mahluk yang paling
spesial diantara mahluk ciptaan Tuhan YME, kita berkewajiban untuk mendapatkan
kehidupan yang berarti. Kita harus berupaya semaksimal mungkin. Sebuah pepatah
bijak menyebutkan, “Find a meaningful need and fill it better than anyone else.
– Kejarlah sesuatu yang bermakna, dan gunakanlah setiap peluang yang ada secara
lebih baik dari siapapun.”
Ada beberapa langkah untuk menjadikan
kehidupan kita menjadi lebih berarti. Langkah pertama adalah memperbesar
kemauan untuk belajar. Manusia mempunyai pikiran yang luar biasa, maka gunakan
pikiran tersebut untuk belajar menciptakan kemajuan-kemajuan dalam hidup. Kita
dapat belajar dari berbagai hal, diantaranya adalah belajar kepada pengalaman
hidup, kegagalan, kejadian sehari-hari, orang lain dan sebagainya. Maka
tingkatkan terus kemauan belajar.
Langkah kedua supaya kehidupan kita
lebih berati adalah mencoba melakukan sesuatu agar lebih dekat dengan impian
yang diidamkan. Bekerjalah lebih keras, lebih aktif atau produktif. Langkah ini
sangat efektif dalam meningkatkan kemungkinan mendapatkan uang, kekayaan atau
segala sesuatu yang berharga bagi manusia.
Satu hal yang patut dijadikan pedoman
bahwasanya kerja keras itu bukan semata-mata mengejar 5 P, yaitu power
(kekuasaan), position (posisi), pleasure (kesenangan), prestige (kewibawaan)
dan prosperity (kekayaan). Setiap usaha yang hanya berorientasi kepada lima hal
tersebut memang menjamin kesuksesan atau bahkan hasil yang melimpah
ruah, tetapi tidak menjamin sebuah akhir yang menyenangkan. Contohnya adalah sebuah fakta tentang delapan orang miliarder di Amerika Serikat yang berkumpul di Hotel Edge Water Beach di Chicago, Illionis pada tahun 1923. Mereka adalah orang-orang yang sangat sukses, tetapi mengalami nasib tragis 25 tahun kemudian.
ruah, tetapi tidak menjamin sebuah akhir yang menyenangkan. Contohnya adalah sebuah fakta tentang delapan orang miliarder di Amerika Serikat yang berkumpul di Hotel Edge Water Beach di Chicago, Illionis pada tahun 1923. Mereka adalah orang-orang yang sangat sukses, tetapi mengalami nasib tragis 25 tahun kemudian.
Salah seorang diantara mereka adalah
Charles Schwab, CEO perusahaan besi baja ternama pada waktu itu, yaitu Bethlehem
Steel. Tetapi Charles Schwab mengalami kebangkrutan total. Sehingga ia terpaksa
berhutang untuk membiayai hidupnya selama 5 tahun sebelum meninggal. Yang kedua
adalah Richard Whitney, President New York Stock Exchange. Namun pria ini
ternyata menghabiskan sisa hidupnya dipenjara Sing Sing. Orang ketiga adalah
Jesse Livermore, raja saham “The Great Bear” di Wall Street. Tetapi Jesse mati
bunuh diri.
Orang ke empat adalah “The Match King”,
Ivar Krueger, CEO perusahaan hak cipta, yang juga mati bunuh diri. Begitu juga
dengan Leon Fraser, Chairman of Bank of International Settlement, ia mati bunuh
diri. Yang keenam adalah Howard Hupson, CEO perusahaan gas terbesar di Amerika
Utara. Tetapi ia sakit jiwa dan dirawat di rumah sakit jiwa
hingga akhir hidupnya. Arthur Cutton sebelumnya adalah pemilik pabrik tepung terbesar di dunia, tetapi ia meninggal di negri orang lain. Sedangkan Albert Fall, waktu itu ia adalah anggota kabinet presiden
Amerika Serikat. Namun ia meninggal di rumahnya di Texas ketika baru saja keluar dari penjara.
hingga akhir hidupnya. Arthur Cutton sebelumnya adalah pemilik pabrik tepung terbesar di dunia, tetapi ia meninggal di negri orang lain. Sedangkan Albert Fall, waktu itu ia adalah anggota kabinet presiden
Amerika Serikat. Namun ia meninggal di rumahnya di Texas ketika baru saja keluar dari penjara.
Di dunia ini tidak sedikit orang yang
semula sangat sukses, tetapi merana di tahun-tahun terakhir kehidupan mereka.
Kehidupan mereka seakan-akan tidak berarti meskipun sebelumnya sangat kaya
raya. Upaya terbaik memang dapat menghasilkan kesuksesan besar, tetapi bukan
berarti merupakan jaminan sebuah akhir kehidupan sebagai manusia yang penuh
arti.
Karena itu langkah berikutnya yang
harus kita lakukan adalah mengimbangi kerja keras dengan berbuat kebaikan.
Seorang penulis pada abad 20-an yang berkebangsaan Perancis, André Gide,
mendefinisikan kebaikan itu sebagai berikut; “True kindness presupposes the
faculty of imagining as one’s own the suffering and joys of others. –
Kebaikan yang sesungguhnya adalah kemampuan merasakan penderitaan maupun kebahagiaan orang lain.”
Kebaikan yang sesungguhnya adalah kemampuan merasakan penderitaan maupun kebahagiaan orang lain.”
Kerja keras yang diimbangi dengan
berbuat kebaikan akan menghasilkan semangat yang tinggi untuk mendapatkan lebih
dari apa yang dibutuhkan. Hal itu terdorong oleh keinginan untuk dapat berbagi
kebahagiaan dengan orang lain. Pada akhirnya kebaikan tersebut berpengaruh
positif terhadap semangat hidup, motivasi, dan kemajuan
sikap dan ekonomi. James Allen, penulis buku berjudul As a Man Thinketh mengatakan, “Pemikiran serta perbuatan baik tidak mungkin mendatangkan hasil yang buruk; pemikiran dan perbuatan buruk tidak
mungkin mendatangkan hasil baik.”
sikap dan ekonomi. James Allen, penulis buku berjudul As a Man Thinketh mengatakan, “Pemikiran serta perbuatan baik tidak mungkin mendatangkan hasil yang buruk; pemikiran dan perbuatan buruk tidak
mungkin mendatangkan hasil baik.”
Dengan belajar, bekerja keras dan
berbuat kebaikan maka kita akan dapat menciptakan kehidupan yang jauh lebih
berarti. Langkah-langkah sebagaimana dijelaskan diatas terbukti juga sangat efektif
menjadikan kesan positif tentang diri kita tidak mudah dilupakan orang. Saya
meyakini bahwa kita masih mempunyai banyak kesempatan dan potensi untuk
mendapatkan kehidupan berharga itu dimanapun dan apapun pekerjaan kita.
No comments:
Post a Comment