Thursday 31 January 2013

Kuliner : Black Market

Black Market
Malam itu niatnya makan di tempat lain, tapi karena lumayan penuh akhirnya ke Black Market. Udah sering lewat tapi belum pernah mampir aja. Ternyata tempatnya bagus juga, terutama untuk nongkrong bareng ma temen-temen.
Lokasi Black Market sendiri ada di Jalan R.E. Martadinata No. 112, Bandung. Mau mesen wafel di toko sebelah tapi ngantrinya minta ampun sampe waiting list segala.
Mesen sate ayam aja malam itu untuk menghangatkan suasana.
Untuk mamam beratnya mesen nasi ma kaya semur daging gitu deh.. Hehe..
Untuk minumnya mesen capucino aja.. Kisaran harga makanan dan minuman dari 20-70ribu, relatif terjangkau.
Jarang-jarang nih bisa makan malem bareng orang tua di luar rumah :) 
 
 
 

Foto : Wedding Day with Parents

Wedding Day with Parents

Mungkin kata-kata yang terujar pas nikah adalah.. Akhirnya nikah juga hihi.. Foto bareng ma istri tercinta dan Papah Mamah..

Wednesday 30 January 2013

Kisah : Seorang Tukang Baso

Seorang Tukang Baso
 

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak-anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya
membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Mamang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Mamang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Mamang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Mamang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita รข€“ cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Mamang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Mamang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Mamang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Mamang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Mamang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Mamang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Mamang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawabannya elegan sekali dari si Mamang "seorang tukang bakso"

Song : Colbie Caillat - I Do

Colbie Caillat - I Do

Lyric :
It's always been about me, myself, and I
I thought relationships were nothing but a waste of time
I never wanted to be anybody's other half
I was happy saying I had a love that wouldn't last
That was the only way I knew 'til I met you

You make me wanna say
I do, I do, I do, do do do do do do doo
Yeah, I do, I do, I do, do do do do do do doo
Cause every time before it's been like
Maybe yes and maybe no
I can't live without it, I can't let it go
Ooh what did I get myself into?
You make me wanna say I do, I do, I do, I do, I do, I do,

Tell me is it only me
Do you feel the same?
You know me well enough to know that I'm not playing games
I promise I won't turn around and I won't let you down
You can trust I've never felt it like I feel it now
Baby there's nothing, there's nothing we can't get through
So can we say
I do, I do, I do, do do do do do do doo
Oh baby, I do, I do, I do, do do do do do do doo
Cause every time before it's been like
Maybe yes and maybe no
I won't live without it, I won't let it go
What more can I get myself into?
You make me wanna say

Me, a family, a house, a family
Ooh, can we be a family?
And when I'm eighty years old I'm sitting next to you

And we'll remember when we said
I do, I do, I do, do do do do do do do
Oh baby, I do, I do, I do, do do do do do do do
Cause every time before it's been like
Maybe yes and maybe no
I won't live without it, I won't let us go
Just look at what we got ourselves into
You make me wanna say I do, I do, I do, I do, I do, I do,
Love you


Penyanyi ini termasuk baru terkenal di tahun 2012 dengan hitsnya I Do, lagunya simpel banget tapi enak banget untuk didengerin. Video klipnya juga bagus.. Lagu penantian yang sedih tapi dibawain dengan riang :)

Jalan-Jalan : Taman Kanak Ku

Taman Kanak-Kanak Ku
Sekolah di TK adalah salah satu tahapan pendidikan yang saya telah saya lewati sekaligus takkan pernah terlupakan sampai kapan pun.

Mungkin sebelumnya pernah menempuh yang namanya Play Group tapi masih ditemenin mamah, klo untuk TK awalnya saja ditemenin sama mamah, kesananya sendiri saja.
 
 

Masih teringat jelas bagaimana pertama kali masuk TK, saya gak mau ditinggalin ma mamah sampe saya nangis keras untuk menahan mamah pulang ke rumah. Seiring waktu berjalan dibantu dengan guru-guru dan juga teman-teman akhirnya gak ada mamah yang nemenin juga gak nangis lagi.
 

Tahapan TK saya lalui dengan sekolah di TK YPS Singkole Soroako, tanah kelahiran saya tercinta. Ketika berkunjung kembali ke TK ini, tidak ada kata-kata terucap melainkan hanya tetesan air mata yang keluar karena teringat seluruh memori ketika masih kecil.
 

TK ini masih sama persis seperti dulu ketika saya tinggalkan, bangunan yang sangat khas dengan taman bermain yang tidak banyak berubah.
 
 

Permainan ayunan kuda masih ada di sana dan saya rasa kudanya pun masih sama akan tetapi berganti warna saja.
 

Untuk seluncurannya pun masih sama persis seperti dahulu.

Yang menjadi ciri khas TK ini dari dulu sampe sekarang yakni gambar binatang-binatang yang ada di dinding, gak tau yang gambarnya dulu siapa.

Sampe bangku yang saya gunakan dulu masih digunakan sampai saat ini, awet banget kursinya.

Entah teman-teman TK saya sudah berada di mana saja saat ini tapi kenangan manis itu pasti akan kita kenang bersama sebagai kenangan yang terindah yang pernah kita alami bersama.

Kuliner : Rocca

Rocca
Sehabis buka puasa bersama di rumah Makan-Makan, ngemil aja sih tepatnya. Sama temen-temen pengen nyari makanan berat. Sempet bingung juga mau makan di mana karena rata-rata tempat makan penuh semua klo lagi berbuka puasa.

Kita putusin untuk makan di daerah seputaran Jalan Riau dengan asumsi akan banyak tempat makan di sana sehingga peluang dapat tempat makannya juga besar.

Temen nyaranin makan di Rocca, karena belum pernah makan di sana jadi tertarik juga sih.. Lokasi tepatnya berada di Jl. Progo No. 16, Bandung, persis sebelahnya Kopi Progo. Mobil-mobil udah menuhin parkir aja pertanda di dalam rame banget. Tapi beruntung masih dapat tempat duduk di dalem.


Kayanya Rocca dan Hartwood masih satu grup, bentuk buku menu makanannya juga relatif sama :)
 
 
Di Rocca ditawarkan menu makanan yang cukup beragam, mau nasi ada, mau steak juga ada, sampe klo mau kue untuk makanan penutup juga ada. Untuk urusan harga relatif rada mahal dikit, plus tax nya 15%.

Berhubung perut udah pada lapar, kita mesen XO Fried Rice seharga 30ribu, Hawaian Fried Rice seharga 30ribu juga, Sirloin steak seharga 49ribu, ama Oxtail Soup seharga 41ribu.
Sisa-sisa perjuangan malam itu juga turut diabadikan bukti klo kita kagak mubazir haha..
Masih kangen sih sama temen-temen tapi waktu jua yang harus memisahkan kita, sampe ketemu di lain kesempatan ok.. 
 

Kisah : Percaya Kemampuan Diri Sendiri


Percaya Kemampuan Diri Sendiri
Waktu masih kecil, Anda mungkin pernah mendengar kisah adaptasi ‘The Little Engine That Could’? Buku itu bercerita tentang kereta api yang bergerak ke bukit dengan perlahan dan tersendat. Lokomotifnya berkata pada diri sendiri, “Aku bisa, aku bisa, aku bisa.” Kereta pun terus bergerak perlahan naik hingga tiba di bukit dengan selamat.
Pelajaran sederhana yang dapat diberikan ialah: percayalah pada kemampuan diri sendiri. Seandainya lokomotif itu tidak percaya akan kemampuannya tiba di atas bukit, bisa jadi kisah dalam buku itu berakhir menyedihkan.
Bukan hanya lokomotif itu saja yang dapat mengatakan, “Aku bisa, aku bisa, aku bisa”, tetapi Anda pun dapat melakukan yang sama. William Arthur Ward, penulis kondang asal Amerika mengatakan, ”Saya adalah pemenang karena saya berpikir seperti pemenang, bersiap jadi pemenang, dan bekerja serupa pemenang.” Ward betul, jika Anda berpikir menjadi seorang pemenang, maka memang benar Anda seorang pemenang.
Kisah heroik lokomotif itu dalam dunia nyata dibuktikan sendiri oleh Hendrawan, atlet bulutangkis Indonesia. Tahun 1997, Hendrawan dinyatakan sudah habis oleh PBSI. Karena faktor usia dan prestasinya yang menurun, PBSI bermaksud mengeluarkan Hendrawan dari Tim Pelatnas. Tapi Hendrawan punya keyakinan sendiri, bahwa ia percaya kemampuannya dan belumlah habis. Hendrawan masih percaya bahwa ia dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi. Dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi, dan diiringi kerja keras yang tidak lelah, Hendrawan menunjukkan kepada dunia bahwa ia memang mampu meraih prestasi luar biasa.
Hendrawan membuktikan kemampuannya telah sempat dinyatakan sudah habis. Tahun 1998, Hendrawan menjadi penentu kemenangan Tim Thomas Indonesia. Juga ia menjuarai Singapura Terbuka. Kemudian di tahun 2000, Hendrawan kembali menjadi penentu kemenangan Tim Thomas Indonesia. Di tahun itu pula ia mengukir namanya dengan meraih medali perak dalam Olimpiade Sydney. Masih di tahun yang sama, ia menjadi runner up Jepang Terbuka. Dan pada tahun 2001, ia menjadi Juara Dunia Tunggal Putra, sebuah gelar yang menjadi idaman pebulutangkis manapun di dunia. Tahun 2002, ia kembali membawa Indonesia mempertahankan Piala Thomas ke Tanah Air.
Percaya kemampuan diri sendiri tak harus ditunjukkan oleh mereka yang berprofesi sebagai atlet, yang bekerja di kantoran, yang mempunyai stamina fisik yang prima, atau mereka yang masih muda dan memiliki semangat menggebu-gebu. Percaya pada diri sendiri, percaya akan kemampuannya, dapat ditunjukkan oleh siapa pun. Tanpa mengenal pekerjaan, status, umur, dan jenis kelamin.
Tahun 1988, nama Mak Eroh sempat menyedot publik nasional. Saat itu, semua orang ramai memperbincangkannya . Mak Eroh, waktu itu berumur 50 tahun, perempuan dari Kampung Pasirkadu, Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat memang telah mengukir prestasi besar.
Apa yang membuat nama Mak Eroh melambung? Mak Eroh, bergelantungan seorang diri di lereng yang tegak di tebing cadas, di lereng timur laut Gunung Galunggung. Mak Eroh berhasil berjuang sendirian membuat saluran air sepanjang 47 hari. Ketika pertama kali Mak Eroh melakukannya, banyak masyarakat sekitar yang mencibir tindakannya. Tapi hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus bekerja. Mak Eroh percaya akan kemampuan nya, walau saat itu usianya boleh dibilang tidak muda. Seorang wanita yang mustinya menikmati hari tuanya dengan menimang atau bermain dengan cucu.
Mak Eroh yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas III SD dan memiliki tiga orang anak, dalam aksinya menggunakan tali areuy, tali sejenis rotan sebagai penahan ketika bergelantungan. Sedangkan alat yang dipakai untuk ‘mengebor’ tebing cadas hanyalah cangkul dan balincong, serupa linggis pendek.
Saluran untuk mengalirkan air dari Sungai Cilutung akhirnya berhasil diselesaikan. Berhentikah tindakan Mak Eroh mengebor tebing cadas? Belum. Dengan semangat yang tak kenal menyerah, Mak Eroh melanjutkan membuat saluran air berikutnya sepanjang 4,5 kilometer mengitari 8 bukit dengan kemiringan 60-90 derajat. Bukan main! Pengerjaannya kali ini dibantu oleh warga desa yang mau membantunya, setelah melihat dengan mata kepala sendiri hasil yang telah dilakukan Mak Eroh. Dalam waktu 2,5 tahun, pekerjaan lanjutan itu terselesaikan dengan baik. Hasilnya? Bukan hanya lahan pertanian sawah Desa Santana Mekar yang terairi sepanjang tahun. Tapi juga dua desa tetangga yang ikut menikmati kucuran air hasil kerja keras Mak Eroh setelah warganya membuat saluran penerus, yaitu Desa Indrajaya dan Sukaratu.
Aksi Mak Eroh akhirnya sampai juga ketelinga Presiden Suharto. Atas aksinya yang tergolong berani dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar, Mak Eroh mendapat penghargaan Upakarti Lingkungan Hidup pada tahun 1988. Setahun kemudian, dia juga meraih penghargaan lingkungan dari PBB.
Dua kisah di atas memberi hikmah bahwa sebenarnya kita memiliki kepercayaan diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki. Seperti yang dikatakan oleh Mary Kay Ash, pengusaha kosmetik sukses asal Amerika, ”Anda bisa melakukannya jika Anda berpikir demikian, dan jika Anda kira tidak dapat melakukannya, Anda benar.” Percaya akan kemampuan diri sendiri. Jadilah lokomotif, dan teruslah bergerak untuk maju.

“Jika ada keyakinan yang dapat menggerakkan gunung, itu adalah keyakinan dalam diri Anda.”
-Marie von Ebner-Eschenbach, penulis, 1830-1916-

Foto : Me & Myself

Me & Myself

Sengaja pake judul di atas karena foto kali ini emang foto diri saya sendiri yang motoin juga saya sendiri hehe.. Ide ini bermula ketika lagi di Rumah Sakit Bersalin Melinda Bandung, pas lagi ke kamar mandi ngeliat kacanya jernih banget. Iseng deh untuk moto-moto dan ternyata hasilnya gak terlalu ngecewain (menurut saya loh.. hehe..)

Kuliner : Cafe Bali

Cafe Bali
Namanya boleh Cafe Bali tapi lokasinya ada di Bandung kok.. Udah lumayan sering wara-wiri depan kafe ini tapi belum pernah mampir karena imej yang ada mahal. Tapi klo istri sih udah sering kesana, akhirnya ngedate di sana deh.. Hehe.. Jangan kaget ntar ada liputan Cafe Bali chapter berikutnya yah.. Lokasi Cafe Bali ada di Jalan Riau tepatnya di Jl. R.E. Martadinata No. 815 Bandung.

Nyampe Cafe Bali waktu itu rada malem, kondisi kafe pun mulai rame ma pengunjung. Mungkin dinamain Cafe Bali karena nuansa dan ornamen yang ditawarkan cukup kental dengan adat Bali.
Menu yang ditawarkan di Cafe Bali cukup beragam mulai dari makan lokal sampe makanan interlokal juga ada. Varian minumnya juga sangat beragam.
Malam itu mesen sop buntut goreng karena pengen ada nasi dan juga kuahnya.
Di samping itu juga mesen steak, new yorker klo gak salah nama menu nya.
Suasana malam itu di Cafe Bali sangat indah di tamannya yang dihiasi dengan beberapa lampu gantung.